Tekn. Pendidikan








BOOK   REPORT

Penulis: Sharon E. Smaldino, Deborah L. Lowther & James D. Russell
Penerbit: Kencana Prenada Media Group
ISBN 978-602-8730-59-4
Edisi ke-Sembilan
Tahun 2011


                
                     Buku ini menunjukkan bagaimana seluruh teknologi dan format media dapat diintegrasikan ke dalam pembelajaran kelas.  Buku ini ditujukan bagi pendidik diseluruh level yang memberikan penilaian yang tinggi bagi pemelajar. Tujuannya untuk membantu para pendidik menyertakan teknologi dan media untuk digunakan sebagai perangkat mengajar.. Dan bagi pelajar model ini  dapat digunakan  sebagai perangkat pemelajaran.
           Buku yang terdiri dari 12  bab ini, pada bab terakhir juga membahas tren-tren dalam teknologi dan media, yaitu melihat tren-tren  yang sedang terjadi dimasa kini dalam bidang teknologi dan media, khususnya teknologi dan media pembelajaran.. Selain itu juga membahas kecendrungan-kecendrungan apa yang mungkin akan  memiliki dampak terbesar pada guru dan  siswa. 
Dalam buku edisi terbaru  ini, terdapat konten  yang disebut dengan Companion Website atau CW  yang telah diperluas dan dapat ditemukan di  www.prenhall.com/smaldino.
Konten ini ditemukan pada setiap akhir bab dan mengandung bagian –bagian, diantaranya adalah;
ü  Knowledge Outcome- kerangka pengetahuan kunci yang akan didapat dari materi bab
ü  Self-assesment – pilihan berganda dan pertanyaan benar/salah denga pemeringkatan otomatis yang memberikan  umpan balik segera bagi para siswa.
ü  Critical Thinking Question – Aktivitas individual dan kelompok kerja yang memungkinkan siswa untuk mengaplikasikan konten bab.
ü  Free and Inexpensive Material – material gratis dan tidak mahal, merupakan link yang berguna untuk koleksi situs internet ntuk yang menyoroti materi dan perangkat  teknologi yang gratis dan murah  bagi siswa. Semua ini ditempatkan di Bab 4,5,9,12.
ü  Learning with Technology and Media DVD User Guide – membantu siswa menelaah secara tuntas paket DVD yang menyertai buku teks ini.

                Salah satu yang sangat mendominasi buku ini dan  selalu berkaitan dan dibahas dalam setiap bab didalam buku ini adalah  keberadaan   model pembelajaran ASSURE.  Model ASSURE dicetuskan oleh Heinich, dkk. Sejak tahun 1980-an, dan terus dikembangkan oleh Smaldino, dkk. Hingga sekarang. Satu hal yang perlu dicermati dari model ASSURE ini, walaupun berorientasi pada Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), model ini tidak menyebutkan strategi pembelajaran secara eksplisit. Strategi pembelajaran dikembangkan melalui pemilihan dan pemanfaatan metode, media, bahan ajar, serta peran serta peserta didik di kelas.
Kebaikan  dari model  ASSURE diantaranya adalah sebagai berikut
ü  Sederhana, relatif mudah untuk diterapkan.
ü  Karena sederhana, maka dapat dikembangkan sendiri oleh pengajar.
ü  Komponen KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) lengkap.
ü  Peserta didik dapat dilibatkan dalam persiapan untuk KBM.

    ASSURE model merupakan suatu rujukan bagi pendidik dalam membelajarkan peserta didik dalam pembelajaran yang direncanakan dan disusun secara sistematis dengan mengintegrasikan teknologi dan media sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan  bermakna bagi peserta didik.
   Pembelajaran dengan menggunakan Model ASSURE mempunyai beberapa tahapan yang dapat membantu terwujudnya pembelajaran yang efektif dan bermakna bagi peserta didik. Tahapan tersebut menurut Smaldino merupakan penjabaran dari ASSURE Model, adalah sebagai berikut:



1.    Analyze Learner  (Analisis  Pembelajar)
           Tujuan utama dalam menganalisa termasuk pendidik dapat menemui kebutuhan belajar siswa yang urgen sehingga mereka mampu mendapatkan tingkatan pengetahuan dalam pembelajaran secara maksimal.
Analisis pembelajar meliputi tiga faktor kunci dari diri pembelajar yang meliputi :

a). General Characteristics (Karakteristik umum)
Karakteristik umum siswa dapat ditemukan melalui variable yang konstan, seperti, jenis kelamin, umur, tingkat perkembangan, budaya dan faktor sosial ekonomi serta etnik. Semua variabel konstan tersebut, menjadi patokan dalam merumuskan strategi dan media yang tepat dalam menyampaikan bahan pelajaran.

     b) Specific Entry Competencies ( mendiagnosis kemampuan awal pembelajar)
  Penelitian yang terbaru menunjukkan bahwa pengetahuan awal siswa merupakan sebuah subyek patokan yang berpengaruh dalam bagaimana dan apa yang dapat mereka pelajari lebih banyak sesuai dengan perkembangan psikologi siswa. Hal ini akan memudahkan dalam merancang suatu pembelajaran agar penyamapain materi pelajaran dapat diserap dengan optimal oleh peserta didik sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

            c)  Learning Style (Gaya Belajar)
Gaya belajar yang dimiliki setiap pembelajar berbeda-beda dan mengantarkan peserta didik dalam pemaknaan pengetahuan termasuk di dalamnya interaksi dengan dan merespon dengan emosi ketertarikan terhadap pembelajaran. Terdapat tiga macam gaya belajar yang dimiliki peserta didik, yaitu:
1.      Gaya belajar visual (melihat)
 yaitu dengan lebih banyak melihat  seperti  membaca,
2.      Gaya belajar audio (mendengarkan),
yaitu belajar akan lebih bermakna oleh peserta didik jika pelajarannya tersebut didengarkan dengan serius.
3.      Gaya belajar kinestetik (melakukan),
yaitu pelajaran akan lebih mudah dipahami oleh peserta didik jika dia sudah mempraktekkan sendiri.

2.  State Standards and Objectives (Menentukan standard dan tujuan)
            Tahap selanjutnya dalam ASSURE model adalah merumuskan tujuan dan standar. Dengan demikian diharapkan peserta didik dapat memperoleh suatu kemampuan dan kompetensi tertentu dari pembelajaran. Dalam merumuskan tujuan dan standar pembelajaran perlu memperhatikan dasar dari strategi, media dan pemilihan media yang tepat.

1.       Pentingnya Merumuskan Tujuan dan Standar dalam Pembelajaran
Dasar dalam penilaian pembelajaran ini menujukkan pengetahuan dan kompetensi seperti apa yang nantinya akan dikuasai oleh peserta didik. Selain itu juga menjadi dasar dalam pembelajaran siswa yang lebih bermakna. Sehingga sebelumnya peserta didik dapat mempersiapkan diri dalam partisipasi dan keaktifannya dalam pembelajaran. 

2.      Tujuan Pembelajaran yang Berbasis ABCD
Menurut Smaldino,dkk., setiap rumusan tujuan pembelajaran ini haruslah lengkap. Kejelasan dan kelengkapan ini sangat membantu dalam menentukan model belajar, pemanfaatan media dan sumber belajar berikut asesmen dalam KBM.  
Rumusan baku ABCD  tadi dijabarkan sebagai berikut:
A = audience
             Pebelajar atau peserta didik dengan segala karakterisktiknya. Siapa pun peserta didik, apa pun latar belakangnya, jenjang belajarnya, serta kemampuan prasyaratnya sebaiknya jelas dan rinci.
B = behavior
                Perilaku belajar yang dikembangkan dalam pembelajaran. Perlaku belajar mewakili kompetensi, tercermin dalam penggunaan kata kerja. Kata kerja yang digunakan biasanya kata kerja yang terukur dan dapat diamati.
C = conditions
             Situasi kondisi atau lingkungan yang memungkinkan bagi pebelajar dapat belajar dengan baik. Penggunaan media dan metode serta sumber belajar menjadi bagian dari kondisi belajar ini. Kondisi ini sebenarnya menunjuk pada istilah strategi pembelajaran tertentu yang diterapkan selama proses belajar mengajar berlangsung.
D = degree
                          Persyaratan khusus atau kriteria yang dirumuskan sebagai dibaku sebagai bukti bahwa pencapaian tujuan pembelajaran dan proses belajar berhasil. Kriteria ini dapat dinyatakan dalam presentase benar (%), menggunakan kata-kata seperti tepat/benar, waktu yang harus dipenuhi, kelengkapan persyaratan yang dianggap dapat mengukur pencapaian kompetensi.

        ABCD Objective checklist disini adalah berupa suatu angket tujuan pembelajaran yang mengandung ABCD beserta komponen-komponennya. Angket ABCD ini dapat diisi oleh guru/pendidik untuk mengetahui sejauh mana pembelajaran telah dibawa dan membawa pengaruh seperti apa kepada siswanya/pembelajar.
       Berkaitan dengan kemampuan individu dalam menuntaskan atau memahami sebuah materi yang diberikan. Individu yang tidak memiliki kesulitan belajar dengan yang memiliki kesulitan belajar pasti memiliki waktu ketuntasan terhadap materi yang berbeda. Untuk mengatasi hal tersebut, maka timbullah mastery learning (kecepatan dalam menuntaskan materi tergantung dengan kemampuan yang dimiliki tiap individu.

3.   Select Strategies, Technology, Media, and Materials (Memilih, Strategi, Teknologi, Media dan Bahan ajar)
        Langkah selanjutnya dalam membuat pembelajaran yang efektif adalah mendukung pemblajaran dengan menggunakan teknologi dan media dalam sistematika pemilihan strategi, teknologi dan media dan bahan ajar.

a). Memilih Strategi Pembelajaran
       Pemilihan strategi pembelajarn disesuaikan dengan standar dan tujuan pembelajaran. Selain itu juga memperhatikan gaya belajar dan motivasi siswa yang nantinya dapat mendukung pembelajaran. Strategi pembelajaran dapat mengandung ARCS model (Smaldino dari Keller,1987). ARCS model dapat membantu strategi mana yang dapat membangun Attention (perhatian) siswa, pembelajaran berhubungan yang Relevant dengan keutuhan dan tujuan, Convident , desain pembelajaran dapat membantu pemaknaan pengetahuan oleh siswa dan Satisfaction dari usaha belajar siswa. Strategi pembelajaran dapat terlebih dahulu menentukan metode yang tepat.

b). Memilih Teknologi dan Media yang sesuai dengan Bahan Ajar
        Memilih format media dan sumber belajar yang disesuaikan dengan pokok bahasan atau topik. Peran  media  pembelajaran menurut Smaldino
ü  Diatur Pengajar (instructor-directed)
                             Media pembelajaran yang difungsikan oleh pengajar dan
                             menjadi  bagian dari penyajian materi yang disajikan
                             oleh pengajar tersebut.
ü  Diatur Peserta Didik (learner-directed)
Media pembelajaran yang difungsikan oleh peserta didik itu sendiri karena ia merasa bahwa ia ingin terlibat langsung dalam kegiatan belajarnya.
ü  Belajar Jarak Jauh (distance education)
Belajar jarak jauh memerlukan sarana telekomunikasi yang memadai, baik untuk interaksi yang bersifat sinkron atau asinkron.

4.      Utilize Technology, Media and Materials (Memanfaatkan Teknologi, Media dan Bahan Ajar)
                Sebelum memanfaatkan media dan bahan yang ada, sebaiknya  mengikuti langkah-langkah seperti dibawah ini,yaitu:
a).    mengecek bahan (masih layak pakai atau tidak)
b).    mempersiapkan bahan
c).    mempersiapkan lingkungan belajar
d).    mempersiapkan pembelajar
e).   menyediakan pengalaman belajar (terpusat pada pengajar atau pembelajar)

5.       Require Learner Parcipation (Mengembangkan  Peran Serta Peserta Didik)
                   Dalam mengaktifkan pembelajar di dalam proses pembelajaran sebaiknya memperhatikan keadaan psikologis pembelajar tersebut.
Gambaran psikologis dari siswa adalah sbb:
a)      behavioris, karena tanggapan/respon yang sesuai dari pengajar dapat       menguatkan stimulus yang ditampakkan pembelajar.
b)      kognitifis, karena informasi yang diterima pembelajar dapat memperkaya skema mentalnya.
c)      konstruktivis, karena pengetahuan yang diterima pembelajar akan lebih berarti dan bertahan lama di kepala jika mereka mengalami langsung setiap aktivitas dalam proses pembelajaran.
d)     sosial, karena feedback atau tanggapan yang diberikan pengajar atau teman dalam proses pembelajaran dapat dijadikan sebagai ajang untuk mengoreksi segala informasi yang telah diterima dan juga sebagai support secara emosional.
e)      Evaluate and Revise (Mengevaluasi dan Memperbaiki)
Penilaian dan perbaikan adalah aspek yang sangat mendasar untuk  mengembangkan kualitas pembelajaran. Penilaian dan perbaikan dapat berdasarkan dua tahapan yaitu:

0000000000000000000000000000000




EPISTEMOLOGI
Pengetahuan, Metode Ilmiah dan Struktur Pengetahuan Ilmiah

1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang      
Sejak zaman dahulu manusia telah memiliki banyak pengetahuan. Pengetahuan-pengetahuan tersebut merupakan pengalaman pribadi seseoarang atau sekelompok orang. Pengalaman-pengalaman itu ada yang berasal dari temuan diri sendiri, dan ada pula hasil temuan orang lain. Baik temuan diri sendiri maupun temuan orang lain tentu berkaitan dengan bagaimana cara seseorang atau kelompok itu menemukan pengetahuan itu. Pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan indera manusia tentu mengalami kelemahan, baik kelemahan pada alat indera maupun pada penarikan kesimpulan. Untuk itulah perlu adanya pemahaman tentang pengetahuan. Pemahaman tersebut adalah pemahaman dalam ruang lingkup pengetahuan, yaitu; bagaimana cara mendapatkan pengetahuan, dan bagaimana pula untuk mendapatkan pengetahuan yang berdasarkan metode ilmiah. Pengetahuan yang didapatkan dengan cara-cara ilmiah tentu akan menghasilkan pengetahuan yang dapat dipercaya.

Sehubungan dengan itu dalam filsafat kita mengenal bagian-bagiannya, yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ontologi membicarakan objek-objek apa yang menjadi pembicaraan suatu ilmu, epistemologi membicarakan bagaimana suatu ilmu didapat, sedangkan aksiologi bagaimana pemanfaatan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Begitu pentingnya epistemologi sebagai suatu ilmu yang membicarakan  cara mendapatkan pengetahuan, maka perlu dilakukan pengkajian mengenai epistemologi.
B. Rumusan Masalah
Yang menjadi masalah dalam tulisan ini adalah ;
1.    Apa pengertian epistemologi?
2.    apa definisi dan jenis dari pengetahuan?
3.    Apa  hakikat dan sumber pengetahuan?
4.    Apa yang dimaksud dengan metode ilmiah?
5.    Bagaimana struktur pengetahuan ilmiah tersebut?
C. Tujuan
Tujuan penulisan ini adalah
1.    untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan epistemologi.
2.    Untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan pengetahuan.
3.    Untuk menjelaskan jenis-jenis pengetahuan
4.    Untuk mengetahui hakikat dan sumber-sumber  pengetahuan.
5.    Untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan metode ilmiah.
6.    Untuk mengetahui struktur pengetahuan ilmiah.
D. Manfaat
Dari hasil pembahasan tentang masalah masalah diatas, diharapkan dalam mata kuliah filsafat ini dapat menjadi referensi serta kajian mata kuliah bagi penulis bersama rekan mahasiswa dalam memahami lebih dekat deskripsi materi mata kuliah ini.

2. PEMBAHASAN
1. Pengertian epistemologi
Epistemologi berasal dari Yunani Kuno, yaitu episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti teori.. Secara etimologi berarti teori pengetahuan. Menurut Langeveld (1961) dalam Uyoh Sadulloh (2003:30), epistemology membicarakan hakikat pengetahuan, unsur-unsur dan susunan berbagai jenis pengetahuan, pangkal tumpuannya yang fundamental, metode-metode dan batasannya.
Epistemologi disebut juga dengan filsafat ilmu, merupakan cabang filsafat yang mempelajari dan menentukan ruang lingkup pengetahuan. Epistemologi berusaha membahas bagaimana ilmu didapatkan, bukan untuk apa atau mengenai apa.
Epistemologi berusaha menjembatani manusia agar menyadari bahwa sebenarnya pengetahuannya adalah karena ketidaktahuannya.  Terkadang manusia melakukan ‘trial and error’ untuk mengetahui sesuatu, dengan harapan akan mendapatkan  kebenaran. Dalam kehidupan sehari-hari kadang-kadang sering muncul pertanyaan-pertanyaan tentang berbagai hal. Ini merupakan salah satu persoalan pokok dalam epistemology. Kekaguman merupakan awal munculnya epistemologi . Tetapi banyak manusia yang merasa lebih tenang dengan pandangan umum. Untuk menjawab apakah manusia telah tahu dengan pengetahuannya, maka epistemologi adalah jawabnya. Kepastian yang dicari oleh epistemologi dalam mencari kebenaran adalah apakah manusia sudah benar sesuai dengan tingkat pengetahuannya  dan hal tersebut dimungkinkan oleh suatu keraguan. Dengan keraguan inilah yang akan memberi kesempatan kepada epistemology untuk mencari jawabannya.

2. Definisi dan jenis pengetahuan
.Dalam bahasa Inggris pengetahuan disebut knowledge, yang dalam pengertian fisafat adalah kepercayaan yang benar. Dapat dikatakan bahwa pengetahuan adalah hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Sedangkan Ilmu (science) adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai matafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah informasi yang berupa common sense,  tanpa memiliki metode, dan mekanisme tertentu. Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi yang menjadi kebiasaan dan pengulangan-pengulangan. Pembuktian kebenaran pengetahuan berdasarkan penalaran akal atau rasional. Menurut Suriasumantri (2007;104) pengetahuan pada hakekatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu obyek tertentu, termasuk  kedalamnya adalah ilmu. Jadi ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia disamping berbagai pengetahuan lainnya seperti seni dan agama. Ilmu atau pengetahuan ilmiah dapat diibaratkan sebagai alat bagi manusia dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya.Jika ingin diibaratkan maka ilmu seperti sapu lidi, yakni sebagian lidi yang sudah diraut dan dipotong ujung dan pangkalnya kemudian diikat, sehingga menjadi sapu lidi. Sedangkan pengetahuan adalah lidi-lidi yang masih berserakan di pohon kelapa, di pasar, dan tempat lainnya yang belum tersusun dengan baik.
Ada beberapa jenis pengetahuan, yaitu;
1.    Pengetahuan biasa
adalah pengetahuan kita sehari-hari, artinya seseorang menerima pengetahuan itu sesuai yang dia dapat., misalnya air dapar digunakan untuk mandi, makanan dapat dimakan dan mengenyangkan.
2.    Pengetahuan ilmu/ilmu pengetahuan disebut juga science
 Yaitu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan        dalam kehidupan sehari- hari dan dilanjutkan dengan pemikiran secara teliti dan cermat dengan menggunakan langkah-langkah atau metode. Pengetahuan ilmu diperoleh dengan observasi, eksperimen dan klasifikasi dengan mengenyampingkan unsur prbadi, jadi betul-betul obyektif.
3.    Pengetahuan filsafat
yaitu , yaitu pengetahuan yang lebih menekankan pada  kedalaman kajian tertentu. Pengetahuan filsafat  tidak mengenal batas, sehingga yang dicari adalah sebab-sebab yang paling dalam dan hakiki sampai diluar dan diatas pengalaman biasa.
4.    Pengetahuan agama
yaitu pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat para utusannya.
2. Hakikat Pengetahuan
Mendapatkan pengetahuan tentang sesuatu sebetulnya merupakan pendapat kita tentang suatu objek atau benda, terlepas salah atau benar, sesuai atau tidak dengan kenyataan yang sebenarnya. Ada dua teori yang digunakan untuk mengetahui hakekat Pengetahuan, yaitu ; realism dan idealisme.
1.     realisme, teori ini mempunyai pandangan bahwa pengetahuan adalah gambaran  yang sebenarnya dari apa yang ada dalam alam nyata. Realisme berpendapat bahwa pengetahuan adalah benar dan tepat bila sesuai dengan kenyataan ( Bakhtiar, 2006:38). Misalnya apabila kita melihat seekor binatang, maka yang ada sebetulnya bukan binatang dalam pikiran tetapi binatang itu yang sebenarnya, atau binatang itu tidak tergantung gagasan kita tentang dia tetapi tergantung pada binatang itu sendiri. Dengan demikian pengetahuan yang hanya dilihat secara subjektif akan dipengaruhi oleh keadaan disekelilingnya, untuk itu realisme menganjurkan berpandangan secara objektif dalam mendapatkan pengetahuan.
2.     idealisme, teori ini mempunyai pandangan bahwa pengetahuan itu diperoleh dari proses-proses mental atau psikologis yang subjektif. Idealisme berpandangan bahwa apa yang diketahui tidak menggambarkan yang sebenarnya. Yaitu menurut pendapat atau penglihatan orang yang mengetahuinya (subjek). Idealisme  akan menimbulkan kebenaran yang relatif, karena setiap diri individu atau kelompok dapat menolak kebenaran universal. Idealisme mengenyampingkan objek karena menurutnya objek selalu berubah-ubah.
3. Sumber Pengetahuan
Ada empat cara untuk memperoleh pengetahuan atau sumber pengetahuan yaitu secara empirisme, rasionalisme, intuisi dan wahyu..
Empirisme
Kata empirisme berasal dari bahasa Yunani yaitu empirikos yang artinya pengalaman. Aliran ini diprakarsai oleh John Locke (1632-1704) dari Inggris yang mengemukakan bahwa pengetahuan itu diperoleh dari pengalaman, artinya pengalaman inderawi. Jadi indera memperoleh kesan-kesan dari apa yang dilihat, kemudian kesan-kesan itu berkumpul dalam diri manusia menjadi pengalaman. John Locke sebagai pencetus teori tabularasa mengatakan bahwa manusia itu ibarat kertas kosong, ia akan berisi apabila mendapatkan pengetahuan. David Hume sebagai tokoh empirisme seperti dikutip oleh Amsal Bakhtiar (2006:100) mengemukakan bahwa sumber pengetahuan adalah pengamatan yang menghasilkan kesan-kesan (Impressions) dan pengertian-pengertian atau ide-ide (ideas). Kesan-kesan adalah pengamatan langsung yang diterima dari pengalaman, misalnya merasakan dinginnya es. Sedangkan ide adalah gambaran tentang pengamatan yang samar-samar yang dihasilkan dengan merenungkan kembali atau terefleksikan dalam kesan-kesan yang diterima dari pengalaman.
Ø Rasionalisme
Menurut pandangan rasionalisme, akal adalah dasar kepastian pengetahuan, artinya pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan menggunakan akal. Sebetulnya pandangan rasionalisme bukan menolak empirisme, tetapi hanya meragukan penggunaan indera sebagai satu-satunya untuk mendapatkan pengetahuan. Descartes sebagai tokoh rasionalisme seperti dikutip oleh Amsal Bakhtiar (2006:104) mengemukakan bahwa akal diartikan sejenis perantara suatu teknik deduktif yang dengan teknik tersebut akan memperoleh kebenaran sehingga tersusunlah pengetahuan.
Dengan berdasarkan dua pandangan inilah akhirnya muncul metode ilmiah atau pengetahuan sains. Artinya panca indera mengumpulkan data-data dan akal menyimpulkan berdasarkan prinsip-prinsip yang umum atau universal.

Intuisi
Henry Bergson seperti dikutip oleh Amsal Bakhtiar (2006:107) mengemukakan bahwa intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman tingkat tinggi. Menurutnya intuisi adalah suatu pengetahuan yang langsung, yang mutlak dan bukan pengetahuan yang nisbi. Intuisi ini bersifat personal atau pribadi. Intuisi tidak dapat diandalkan untuk penyusunan pengetahuan secara teratur. Intuisi hanya dapat diperguanakan untuk menyusun hipotesis untuk melakukan analisis berikutnya dalam menentukan benar atau tidaknya pernyataan yang dikemukakan. .
Wahyu
Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia melalui perantaraan nabi. Pengetahuan dari wahyu ini mutlak dipercaya, sehingga jarang untuk diuji kembali. Kepercayaan dalam agama inilah merupakan titik tolak dan lewat pengkajian selanjutnya dapat meningkatkan atau menurunkan kepercayaan itu. Sedangkan ilmu pengetahuan dimulai dengan mengkaji melalui riset, pengalaman, dan percobaan untuk sampai kepada kebenaran yang faktual.
B. Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu adalah pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara kerja pikiran. Dengan cara kerja inilah maka pengetahuan yang dihasilkan diharapkan mempunyai karakteristik tertentu yang dinamakan pengetahuan ilmiah, yaitu sifat rasional dan teruji sehingga pengetahuan tersebut dapat diandalkan..
Berikut ini adalah beberapa macam metode ilmiah  yang dikemukakan oleh Amsal Bakhtiar (2006:152) , yaitu sebagai berikut.
1. Metode induktif yaitu suatu metode yang menyimpulkan pernyataan- pernyataan hasil observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih dalam suatu pernyataan yang lebih umum
2. Metode deduktif yaitu suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data empirik diolah lebih lanjut dalam suatu pernyataan yang runtut (Poper).
3. Metode positivisme adalah metode yang berpangkal dari apa yang telah diketahui., yang dfaktual, yang positif
4. Metode kontemplatif mengatakan adanya kekerbatasan indera dan akal manusia untuk memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkan pun akan berbeda-beda .
5. Metode dialektis yaitu metode Tanya jawab/diskusi
Banyak metode yang dapat digunakan untuk mencari kebenaran suatu ilmu. Metode ilmiah adalah penting bukan saja dalam proses penemuan pengetahuan umum terlebih lagi dalam mengkomunikasikan penemuan ilmiah tersebut kepada masyarakat ilmuan. Alur pikir yang tercakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam beberapa langkah yang mencerminkan tahap-tahap dalam kegiatan ilmiah. Kerangka berpikir ilmiah pada dasarnya terdiri dari langkah langkah tertentu seperti berikut ini.
a.    Perumusan masalah,.-
merupakanpertanyaan mengenai obyek empiris yang jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan factor-faktor yang terkait didalamnya.
b.    Penyusunan kerangka berpikir
 dalam pengajuan hipotesis.- merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai factor yang saling berkait dan membentuk permasalahan
c.    Perumusan hipotesis
yang merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan.
d.    Pengujian hipotesis
merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis  yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta – fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak
e.    Penarikan kesimpulan
merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima. Sekiranya dalam proses pengujian  terdapat fakta-fakta yang cukup yang mendukung hipotesis  maka hipotesis itu diterima. Sebaliknya, sekiranya dalam proses pengujian tidak terdapat  fakta yang mendukung hipotesis maka hipotesis itu ditolak.
Jadi disini perumusan masalah adalah pertama kali dilakukan. Dalam perumusan masalah ini perlu disusun masalah sejelas mungkin, mulai dari variable-variabel penelitian sampai dengan definisi variabel itu sendiri. Selanjutnya dengan proses deduksi maka dirumuskanlah hipotesis. Hipotesis adalah dugaan sementara atau anggapan sementara yang belum tentu kebenarannya dan masih harus dibuktikan dengan pengambilan data di lapangan dan menganalisisnya. Setelah data diambil kemudian diolah dan dianalisis, selanjutnya menguji hipotesis. Hipotesis yang ditolak akan dikembalikan ke penyusunan kerangka berpikir. Sedangkan hipotesis yang diterima akan dijadikan referensi atau menjadi  ilmu pengetahuan. Proses itulah yang disebut metode ilmiah atau metode penelitian ilmiah yang sampai sekarang masih digunakan dan dikembangkan guna menguak misteri alam jagat raya ini.
C. Struktur Pengetahuan Ilmiah
Pengetahuan yang diproses menurut metode ilmiah merupakan pengetahuan yang memenuhi syarat-syarat keilmuan dan dengan demikian dapat disebut  pengetahuan ilmiah atau ilmu. Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang mempunyai sifat menjelaskan berbagai gejala alam sehingga akan memudahkan manusia memanfaatkan gejala alam tersebut berdasarkan penjelasan-penjelasan yang ada. Dengan adanya penjelasan tersebut akhirnya kita dapat meramalkan atau memprediksi kejadian-kejadian yang akan datang. Selain itu pula dengan ilmu itu kita akan dapat melakukan tindakan pengawasan atau pengontrolan terhadap apa yang kita lakukan berdasarkan ilmu tersebut.
Ilmu pada dasarnya merupakan kumpulan pengetahuan yang bersifat menjelaskan berbagai gejala alam yang memungkinkan manusia melakukan serangkaian  tindakan untuk menguasai gejala tersebut berdasarkan penjelasan yang ada. Sekiranya kita mengetahui bahwa banjir disebabkan hutan yang ditebang sampai gundul, dari penjelasan ini akan memungkinkan kita melakukan upaya untuk mencegah timbulnya banjir. Penjelasan keilmuan memungkinkan kita meramalkan apa yang akan terjadi dan berdasarkan  ramalan tersebut kita  bisa melakukan upaya  untuk mengontrol agar ramalan itu menjadi kenyataan atau tidak
Jadi dapat kita simpulkan bahwa pengetahuan ilmiah itu mempunyai beberapa fungsi yaitu: menjelaskan, meramalkan, mengontrol.
Dalam menjelaskan itu terdapat empat jenis pola penjelasan yaitu sebagai berikut.
·         Deduktif
·         Probabilistik
·         Fungsional atau teleologis
·         Genetik
Deduktif merupakan penjelasan dengan menggunakan cara berpikir deduktif dengan menarik kesimpulan secara logis dari premis-premis yang telah ditetapkan sebelumnya. Probabilistik merupakan penjelasan yang ditarik secara induktif yang tidak memberikan kepastian tetapi memberikan peluang adanya kemungkinan, berkemungkinan besar, atau hampir dapat dipastikan, dan sebagainya. Sedangkan fungsional atau teleologis yang meletakkan sebuah unsur dalam kaitannya dengan system secara keseluruhan yang mempunyai karakteristik atau arah perkembangan tertentu. Genetik merupakan penjelasan dengan mempergunakan faktor-faktor tententu yang timbul sebelumnya untuk menjelaskan gejala yang muncul kemudian.
Pengetahuan ilmiah yang telah ditemukan dari pengujian hipotesis yang diterima tersebut menghasilkan teori-teori. Teori merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu faktor tertentu dari sejumlah disiplin keilmuan. Misalnya dalam ekonomi kita mengenal teori ekonomi makro, dalam fisika kita mengenal teori relativitas Einstein, dan sebagainya. Teori-teori dalam pengetahuan ilmiah bukanlah teori secara keseluruhan suatu ilmu tertentu, melainkan teori yang sebatas apa yang diketahui itu.


3. SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
a)    Epistemologi  adalah cabang ilmu yang berusaha membahas bagaimana ilmu itu didapatkan
b)    Pengetahuan adalah segala sesuatu yang didapatkan melalui panca indera, dan pengetahuan disebut pengetahuan ilmiah bila memenuhi tahapan tertentu dalam mendapatkannya.
c)    Ada beberapa jenis pengetahuan, yaitu; pengetahuan biasa, pengetahuan ilmu, pengetahuan filsafat dan pengetahuan agama.
d)    Pengetahuan bisa didapatkan dari 4 sumber, yaitu secara empirisme, rasionalisme, intuisi dan wahyu
e)    Metode ilmiah, diantaranya adalah deduktif, induktif, positivism, kompelatif dan dialektis
f)     Langkah-langkah dalam berpikir secara ilmiah, adalah perumusan masalah, penyusunan kerangka berpikir, perumusan hipotesis, pengujian hipotesis dan penarikan kesimpulan
g)    Dalam struktur pengetahuan ilmiah terdapat 3 fungsi, yaitu fungsi menjelaskan, meramalkan dan mengontrol.

Saran
Sebagai saran adalah sebagai orang terpelajar seperti mahasiswa, hendaknya bersikap ilmiah dalam memahami sesuatu atau mengeneralisasi suatu masalah atau temuan dalam kehidupan sehati-hari dan sudah sepantasnya kita dalam merumuskan kebijakan atau keputusan secara empirik dan rasional sehingga apa yang kita rumuskan betul- betul tepat sasaran.






DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu, Jakarta: PT. Raja Grafindo,2006
Noorsyam, Mohammad, Filsafat Pendidikan,, Surabaya: Usaha Nasional 1986.
Prasetya, Filsafat pendidikan, Jakarta: Pustaka Setia, 2003.
Sadulloh, Uyoh, Pengantar Fisafat Pendidikan, Bandung: Alphabeta, 2003
Suriasumantri, Jujun S, Filsafat  Ilmu ; Sebuah pengantar Populer. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan. 2007