BOOK REPORT
Penulis: Sharon E. Smaldino, Deborah L. Lowther & James
D. Russell
Penerbit: Kencana Prenada Media Group
ISBN 978-602-8730-59-4
Penerbit: Kencana Prenada Media Group
ISBN 978-602-8730-59-4
Edisi ke-Sembilan
Tahun 2011
Buku ini menunjukkan bagaimana seluruh teknologi dan format media dapat
diintegrasikan ke dalam pembelajaran kelas. Buku ini ditujukan bagi pendidik diseluruh
level yang memberikan penilaian yang tinggi bagi pemelajar. Tujuannya untuk membantu
para pendidik menyertakan teknologi dan media untuk digunakan sebagai perangkat
mengajar.. Dan bagi pelajar model ini
dapat digunakan sebagai perangkat
pemelajaran.
Buku yang
terdiri dari 12 bab ini, pada bab
terakhir juga membahas tren-tren dalam teknologi dan media, yaitu melihat
tren-tren yang sedang terjadi dimasa
kini dalam bidang teknologi dan media, khususnya teknologi dan media
pembelajaran.. Selain itu juga membahas kecendrungan-kecendrungan apa yang
mungkin akan memiliki dampak terbesar
pada guru dan siswa.
Dalam buku edisi terbaru ini, terdapat konten yang disebut dengan Companion Website atau CW
yang telah diperluas dan dapat ditemukan di www.prenhall.com/smaldino.
Konten ini ditemukan pada setiap akhir bab dan mengandung
bagian –bagian, diantaranya adalah;
ü Knowledge Outcome- kerangka pengetahuan kunci yang akan
didapat dari materi bab
ü Self-assesment – pilihan berganda dan pertanyaan
benar/salah denga pemeringkatan otomatis yang memberikan umpan balik segera bagi para siswa.
ü Critical Thinking Question – Aktivitas individual dan kelompok
kerja yang memungkinkan siswa untuk mengaplikasikan konten bab.
ü Free and Inexpensive Material – material gratis dan tidak mahal,
merupakan link yang berguna untuk koleksi situs internet ntuk yang menyoroti
materi dan perangkat teknologi yang
gratis dan murah bagi siswa. Semua ini
ditempatkan di Bab 4,5,9,12.
ü Learning with Technology and Media
DVD User Guide
– membantu siswa menelaah secara tuntas paket DVD yang menyertai buku teks ini.
Salah satu yang sangat
mendominasi buku ini dan selalu
berkaitan dan dibahas dalam setiap bab didalam buku ini adalah keberadaan
model pembelajaran ASSURE. Model
ASSURE dicetuskan oleh Heinich, dkk. Sejak tahun 1980-an, dan terus
dikembangkan oleh Smaldino, dkk. Hingga sekarang. Satu hal yang perlu dicermati
dari model ASSURE ini, walaupun berorientasi pada Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM), model ini tidak menyebutkan strategi pembelajaran secara eksplisit.
Strategi pembelajaran dikembangkan melalui pemilihan dan pemanfaatan metode,
media, bahan ajar, serta peran serta peserta didik di kelas.
Kebaikan dari
model ASSURE diantaranya adalah sebagai berikut
ü Sederhana, relatif mudah untuk
diterapkan.
ü Karena sederhana, maka dapat
dikembangkan sendiri oleh pengajar.
ü Komponen KBM (Kegiatan Belajar
Mengajar) lengkap.
ü Peserta didik dapat dilibatkan dalam
persiapan untuk KBM.
ASSURE model merupakan suatu rujukan bagi pendidik dalam membelajarkan
peserta didik dalam pembelajaran yang direncanakan dan disusun secara
sistematis dengan mengintegrasikan teknologi dan media sehingga pembelajaran
menjadi lebih efektif dan bermakna bagi peserta didik.
Pembelajaran dengan menggunakan Model ASSURE mempunyai beberapa
tahapan yang dapat membantu terwujudnya pembelajaran yang efektif dan bermakna
bagi peserta didik. Tahapan tersebut menurut Smaldino merupakan penjabaran dari
ASSURE Model, adalah sebagai berikut:
1. Analyze Learner (Analisis Pembelajar)
Tujuan utama dalam menganalisa
termasuk pendidik dapat menemui kebutuhan belajar siswa yang urgen sehingga
mereka mampu mendapatkan tingkatan pengetahuan dalam pembelajaran secara
maksimal.
Analisis pembelajar meliputi tiga faktor kunci dari diri
pembelajar yang meliputi :
a). General
Characteristics (Karakteristik
umum)
Karakteristik
umum siswa dapat ditemukan melalui variable yang konstan, seperti, jenis
kelamin, umur, tingkat perkembangan, budaya dan faktor sosial ekonomi serta
etnik. Semua variabel konstan tersebut, menjadi patokan dalam merumuskan
strategi dan media yang tepat dalam menyampaikan bahan pelajaran.
b) Specific Entry Competencies (
mendiagnosis kemampuan awal pembelajar)
Penelitian yang terbaru menunjukkan bahwa pengetahuan awal siswa merupakan
sebuah subyek patokan yang berpengaruh dalam bagaimana dan apa yang dapat
mereka pelajari lebih banyak sesuai dengan perkembangan psikologi siswa. Hal ini akan memudahkan dalam merancang suatu
pembelajaran agar penyamapain materi pelajaran dapat diserap dengan optimal oleh peserta didik sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya.
c) Learning
Style (Gaya Belajar)
Gaya
belajar yang dimiliki setiap pembelajar berbeda-beda dan mengantarkan peserta
didik dalam pemaknaan pengetahuan termasuk di dalamnya interaksi dengan dan
merespon dengan emosi ketertarikan terhadap pembelajaran. Terdapat tiga macam
gaya belajar yang dimiliki peserta didik, yaitu:
1.
Gaya
belajar visual (melihat)
yaitu dengan lebih banyak melihat seperti
membaca,
2.
Gaya
belajar audio (mendengarkan),
yaitu belajar akan lebih bermakna
oleh peserta didik jika pelajarannya tersebut didengarkan dengan serius.
3.
Gaya
belajar kinestetik (melakukan),
yaitu pelajaran akan lebih mudah
dipahami oleh peserta didik jika dia sudah mempraktekkan sendiri.
2. State
Standards and Objectives (Menentukan standard dan tujuan)
Tahap selanjutnya dalam ASSURE
model adalah merumuskan tujuan dan standar. Dengan demikian diharapkan peserta
didik dapat memperoleh suatu kemampuan dan kompetensi tertentu dari
pembelajaran. Dalam merumuskan tujuan dan standar pembelajaran perlu
memperhatikan dasar dari strategi, media dan pemilihan media yang tepat.
1.
Pentingnya Merumuskan Tujuan dan Standar dalam
Pembelajaran
Dasar dalam penilaian pembelajaran ini menujukkan
pengetahuan dan kompetensi seperti apa yang nantinya akan dikuasai oleh peserta
didik. Selain itu juga menjadi dasar dalam pembelajaran siswa yang lebih
bermakna. Sehingga sebelumnya peserta didik dapat mempersiapkan diri dalam
partisipasi dan keaktifannya dalam pembelajaran.
2.
Tujuan
Pembelajaran yang Berbasis ABCD
Menurut Smaldino,dkk., setiap rumusan tujuan pembelajaran
ini haruslah lengkap. Kejelasan dan kelengkapan ini sangat membantu dalam
menentukan model belajar, pemanfaatan media dan sumber belajar berikut asesmen
dalam KBM.
Rumusan baku ABCD tadi
dijabarkan sebagai berikut:
A = audience
Pebelajar atau peserta didik
dengan segala karakterisktiknya. Siapa pun peserta didik, apa pun latar
belakangnya, jenjang belajarnya, serta kemampuan prasyaratnya sebaiknya jelas
dan rinci.
B = behavior
Perilaku belajar yang dikembangkan dalam pembelajaran.
Perlaku belajar mewakili kompetensi, tercermin dalam penggunaan kata kerja.
Kata kerja yang digunakan biasanya kata kerja yang terukur dan dapat diamati.
C = conditions
Situasi kondisi atau lingkungan yang memungkinkan bagi
pebelajar dapat belajar dengan baik. Penggunaan media dan metode serta sumber
belajar menjadi bagian dari kondisi belajar ini. Kondisi ini sebenarnya
menunjuk pada istilah strategi pembelajaran tertentu yang diterapkan selama
proses belajar mengajar berlangsung.
D = degree
Persyaratan khusus atau kriteria
yang dirumuskan sebagai dibaku sebagai bukti bahwa pencapaian tujuan
pembelajaran dan proses belajar berhasil. Kriteria ini dapat dinyatakan dalam
presentase benar (%), menggunakan kata-kata seperti tepat/benar, waktu yang
harus dipenuhi, kelengkapan persyaratan yang dianggap dapat mengukur pencapaian
kompetensi.
ABCD Objective checklist disini adalah berupa suatu angket
tujuan pembelajaran yang mengandung ABCD beserta komponen-komponennya. Angket
ABCD ini dapat diisi oleh guru/pendidik untuk mengetahui sejauh mana
pembelajaran telah dibawa dan membawa pengaruh seperti apa kepada
siswanya/pembelajar.
Berkaitan dengan kemampuan individu
dalam menuntaskan atau memahami sebuah materi yang diberikan. Individu yang
tidak memiliki kesulitan belajar dengan yang memiliki kesulitan belajar pasti
memiliki waktu ketuntasan terhadap materi yang berbeda. Untuk mengatasi hal
tersebut, maka timbullah mastery learning (kecepatan dalam menuntaskan
materi tergantung dengan kemampuan yang dimiliki tiap individu.
3. Select Strategies, Technology, Media, and
Materials
(Memilih, Strategi, Teknologi, Media dan Bahan ajar)
Langkah selanjutnya dalam membuat
pembelajaran yang efektif adalah mendukung pemblajaran dengan menggunakan
teknologi dan media dalam sistematika pemilihan strategi, teknologi dan media
dan bahan ajar.
a). Memilih Strategi Pembelajaran
Pemilihan strategi pembelajarn
disesuaikan dengan standar dan tujuan pembelajaran. Selain itu juga
memperhatikan gaya belajar dan motivasi siswa yang nantinya dapat mendukung
pembelajaran. Strategi pembelajaran dapat mengandung ARCS model (Smaldino dari Keller,1987).
ARCS model dapat membantu strategi mana yang dapat membangun Attention (perhatian) siswa,
pembelajaran berhubungan yang Relevant
dengan keutuhan dan tujuan, Convident , desain
pembelajaran dapat membantu pemaknaan pengetahuan oleh siswa dan Satisfaction dari usaha belajar siswa. Strategi
pembelajaran dapat terlebih dahulu menentukan metode yang tepat.
b). Memilih Teknologi dan Media yang
sesuai dengan
Bahan Ajar
Memilih format media dan sumber belajar yang disesuaikan dengan pokok bahasan
atau topik. Peran media pembelajaran menurut Smaldino
ü Diatur Pengajar (instructor-directed)
Media pembelajaran
yang difungsikan oleh pengajar dan
menjadi bagian dari penyajian materi yang disajikan
oleh pengajar
tersebut.
ü Diatur Peserta Didik (learner-directed)
Media pembelajaran yang difungsikan
oleh peserta didik itu sendiri karena ia merasa bahwa ia ingin terlibat
langsung dalam kegiatan belajarnya.
ü Belajar Jarak Jauh (distance education)
Belajar jarak jauh memerlukan sarana
telekomunikasi yang memadai, baik untuk interaksi yang bersifat sinkron atau
asinkron.
4.
Utilize
Technology, Media and Materials (Memanfaatkan Teknologi, Media dan Bahan Ajar)
Sebelum memanfaatkan media dan
bahan yang ada, sebaiknya mengikuti langkah-langkah seperti dibawah
ini,yaitu:
a). mengecek
bahan (masih layak pakai atau tidak)
b). mempersiapkan
bahan
c). mempersiapkan
lingkungan belajar
d). mempersiapkan
pembelajar
e). menyediakan
pengalaman belajar (terpusat pada pengajar atau pembelajar)
5.
Require Learner Parcipation (Mengembangkan Peran Serta Peserta Didik)
Dalam mengaktifkan
pembelajar di dalam proses pembelajaran sebaiknya memperhatikan keadaan
psikologis pembelajar tersebut.
Gambaran psikologis dari siswa adalah
sbb:
a)
behavioris,
karena tanggapan/respon yang sesuai dari pengajar dapat menguatkan stimulus yang ditampakkan
pembelajar.
b)
kognitifis, karena informasi yang
diterima pembelajar dapat memperkaya skema mentalnya.
c)
konstruktivis, karena pengetahuan yang
diterima pembelajar akan lebih berarti dan bertahan lama di kepala jika mereka
mengalami langsung setiap aktivitas dalam proses pembelajaran.
d)
sosial, karena feedback atau
tanggapan yang diberikan pengajar atau teman dalam proses pembelajaran dapat
dijadikan sebagai ajang untuk mengoreksi segala informasi yang telah diterima
dan juga sebagai support secara emosional.
e)
Evaluate
and Revise
(Mengevaluasi dan Memperbaiki)
Penilaian dan perbaikan adalah aspek yang sangat mendasar
untuk mengembangkan kualitas pembelajaran.
Penilaian dan perbaikan dapat berdasarkan dua tahapan yaitu:
0000000000000000000000000000000
EPISTEMOLOGI
Pengetahuan, Metode Ilmiah dan Struktur Pengetahuan
Ilmiah
1. PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sejak zaman dahulu manusia telah
memiliki banyak pengetahuan. Pengetahuan-pengetahuan
tersebut merupakan pengalaman pribadi seseoarang atau sekelompok orang.
Pengalaman-pengalaman itu ada yang berasal dari temuan diri sendiri, dan ada
pula hasil temuan orang lain. Baik temuan diri sendiri maupun temuan orang lain
tentu berkaitan dengan bagaimana cara seseorang atau kelompok itu menemukan pengetahuan
itu. Pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan indera manusia tentu
mengalami kelemahan, baik kelemahan pada alat indera maupun pada penarikan
kesimpulan. Untuk itulah perlu adanya pemahaman tentang pengetahuan. Pemahaman
tersebut adalah pemahaman dalam ruang lingkup pengetahuan, yaitu; bagaimana
cara mendapatkan pengetahuan, dan bagaimana pula untuk mendapatkan pengetahuan
yang berdasarkan metode ilmiah. Pengetahuan yang didapatkan dengan cara-cara
ilmiah tentu akan menghasilkan pengetahuan yang dapat dipercaya.
Sehubungan
dengan itu dalam filsafat kita mengenal bagian-bagiannya, yaitu ontologi,
epistemologi dan aksiologi. Ontologi membicarakan objek-objek apa yang menjadi
pembicaraan suatu ilmu, epistemologi membicarakan bagaimana suatu ilmu didapat,
sedangkan aksiologi bagaimana pemanfaatan ilmu tersebut dalam kehidupan
sehari-hari. Begitu pentingnya epistemologi sebagai suatu ilmu yang
membicarakan cara mendapatkan
pengetahuan, maka perlu dilakukan pengkajian mengenai epistemologi.
B. Rumusan Masalah
Yang menjadi masalah dalam tulisan
ini adalah ;
1. Apa
pengertian epistemologi?
2. apa
definisi dan jenis dari pengetahuan?
3. Apa hakikat
dan sumber pengetahuan?
4. Apa yang dimaksud dengan metode ilmiah?
5. Bagaimana struktur pengetahuan ilmiah tersebut?
C. Tujuan
Tujuan penulisan ini adalah
1. untuk
menjelaskan apa yang dimaksud dengan epistemologi.
2. Untuk
menjelaskan apa yang dimaksud dengan pengetahuan.
3. Untuk
menjelaskan jenis-jenis pengetahuan
4. Untuk
mengetahui hakikat dan sumber-sumber pengetahuan.
5. Untuk
menjelaskan apa yang dimaksud dengan metode ilmiah.
6. Untuk
mengetahui struktur pengetahuan ilmiah.
D.
Manfaat
Dari hasil pembahasan tentang
masalah masalah diatas, diharapkan dalam mata kuliah filsafat ini dapat menjadi
referensi serta kajian mata kuliah bagi penulis bersama rekan mahasiswa dalam
memahami lebih dekat deskripsi materi mata kuliah ini.
2.
PEMBAHASAN
1. Pengertian epistemologi
Epistemologi
berasal dari Yunani Kuno, yaitu episteme yang berarti pengetahuan
dan logos yang berarti teori.. Secara etimologi berarti
teori pengetahuan. Menurut Langeveld (1961) dalam Uyoh Sadulloh (2003:30),
epistemology membicarakan hakikat pengetahuan, unsur-unsur dan susunan berbagai
jenis pengetahuan, pangkal tumpuannya yang fundamental, metode-metode dan
batasannya.
Epistemologi disebut juga dengan
filsafat ilmu, merupakan cabang filsafat yang mempelajari dan menentukan ruang
lingkup pengetahuan. Epistemologi
berusaha membahas bagaimana ilmu didapatkan, bukan untuk apa atau mengenai apa.
Epistemologi berusaha menjembatani
manusia agar menyadari bahwa sebenarnya pengetahuannya adalah karena
ketidaktahuannya. Terkadang manusia
melakukan ‘trial and error’ untuk mengetahui sesuatu, dengan harapan akan
mendapatkan kebenaran. Dalam kehidupan
sehari-hari kadang-kadang sering muncul pertanyaan-pertanyaan tentang berbagai
hal. Ini merupakan salah satu persoalan pokok dalam epistemology. Kekaguman
merupakan awal munculnya epistemologi . Tetapi banyak manusia yang merasa lebih
tenang dengan pandangan umum. Untuk menjawab apakah manusia telah tahu dengan
pengetahuannya, maka epistemologi adalah jawabnya. Kepastian yang dicari oleh
epistemologi dalam mencari kebenaran adalah apakah manusia sudah benar sesuai
dengan tingkat pengetahuannya dan hal
tersebut dimungkinkan oleh suatu keraguan. Dengan keraguan inilah yang akan
memberi kesempatan kepada epistemology untuk mencari jawabannya.
2. Definisi dan jenis pengetahuan
.Dalam bahasa Inggris pengetahuan disebut knowledge,
yang dalam pengertian fisafat adalah kepercayaan yang benar. Dapat dikatakan
bahwa pengetahuan adalah hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Sedangkan Ilmu (science)
adalah keseluruhan pengetahuan yang
belum tersusun, baik mengenai matafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan
pengetahuan adalah informasi yang berupa common
sense, tanpa memiliki metode, dan mekanisme tertentu.
Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi yang menjadi kebiasaan dan
pengulangan-pengulangan. Pembuktian kebenaran pengetahuan
berdasarkan penalaran akal atau rasional. Menurut Suriasumantri (2007;104) pengetahuan pada
hakekatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu obyek
tertentu, termasuk kedalamnya adalah
ilmu. Jadi ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia
disamping berbagai pengetahuan lainnya seperti seni dan agama. Ilmu atau
pengetahuan ilmiah dapat diibaratkan sebagai alat bagi manusia dalam memecahkan
berbagai persoalan yang dihadapinya.Jika ingin diibaratkan maka ilmu seperti sapu lidi, yakni sebagian lidi yang sudah
diraut dan dipotong ujung dan pangkalnya kemudian diikat, sehingga menjadi sapu
lidi. Sedangkan pengetahuan adalah lidi-lidi yang masih berserakan di pohon
kelapa, di pasar, dan tempat lainnya yang belum tersusun dengan baik.
Ada beberapa jenis pengetahuan, yaitu;
1.
Pengetahuan biasa
adalah pengetahuan kita sehari-hari, artinya seseorang
menerima pengetahuan itu sesuai yang dia dapat., misalnya air dapar digunakan
untuk mandi, makanan dapat dimakan dan mengenyangkan.
2. Pengetahuan
ilmu/ilmu pengetahuan disebut juga science
Yaitu pengetahuan yang berasal dari pengalaman
dan pengamatan dalam kehidupan
sehari- hari dan dilanjutkan dengan pemikiran secara teliti dan cermat dengan
menggunakan langkah-langkah atau metode. Pengetahuan ilmu diperoleh dengan
observasi, eksperimen dan klasifikasi dengan mengenyampingkan unsur prbadi,
jadi betul-betul obyektif.
3.
Pengetahuan filsafat
yaitu , yaitu pengetahuan yang lebih menekankan pada kedalaman kajian tertentu. Pengetahuan filsafat
tidak mengenal batas, sehingga yang
dicari adalah sebab-sebab yang paling dalam dan hakiki sampai diluar dan diatas
pengalaman biasa.
4.
Pengetahuan
agama
yaitu pengetahuan yang hanya diperoleh
dari Tuhan lewat para utusannya.
2. Hakikat Pengetahuan
Mendapatkan pengetahuan tentang
sesuatu sebetulnya merupakan pendapat kita tentang suatu objek atau benda,
terlepas salah atau benar, sesuai atau tidak dengan kenyataan yang sebenarnya. Ada
dua teori yang digunakan untuk mengetahui hakekat Pengetahuan, yaitu ; realism
dan idealisme.
1. realisme, teori ini mempunyai
pandangan bahwa pengetahuan adalah gambaran yang sebenarnya dari apa yang ada dalam alam
nyata. Realisme berpendapat bahwa pengetahuan adalah benar dan tepat bila
sesuai dengan kenyataan ( Bakhtiar, 2006:38). Misalnya apabila kita melihat
seekor binatang, maka yang ada sebetulnya bukan binatang dalam pikiran tetapi
binatang itu yang sebenarnya, atau binatang itu tidak tergantung gagasan kita
tentang dia tetapi tergantung pada binatang itu sendiri. Dengan demikian
pengetahuan yang hanya dilihat secara subjektif akan dipengaruhi oleh keadaan
disekelilingnya, untuk itu realisme menganjurkan berpandangan secara objektif
dalam mendapatkan pengetahuan.
2. idealisme, teori ini mempunyai pandangan bahwa pengetahuan itu
diperoleh dari proses-proses mental atau psikologis yang subjektif. Idealisme
berpandangan bahwa apa yang diketahui tidak menggambarkan yang sebenarnya.
Yaitu menurut pendapat atau penglihatan orang yang mengetahuinya (subjek).
Idealisme akan menimbulkan kebenaran
yang relatif, karena setiap diri individu atau kelompok dapat menolak kebenaran
universal. Idealisme mengenyampingkan objek karena menurutnya objek selalu
berubah-ubah.
3. Sumber
Pengetahuan
Ada empat cara untuk memperoleh pengetahuan atau sumber
pengetahuan yaitu secara empirisme, rasionalisme, intuisi dan wahyu..
Empirisme
Kata empirisme berasal dari
bahasa Yunani yaitu empirikos yang artinya pengalaman. Aliran ini
diprakarsai oleh John Locke (1632-1704) dari Inggris yang mengemukakan bahwa
pengetahuan itu diperoleh dari pengalaman, artinya pengalaman inderawi. Jadi
indera memperoleh kesan-kesan dari apa yang dilihat, kemudian kesan-kesan itu
berkumpul dalam diri manusia menjadi pengalaman. John Locke sebagai pencetus
teori tabularasa mengatakan bahwa manusia itu ibarat kertas kosong, ia akan
berisi apabila mendapatkan pengetahuan. David Hume sebagai tokoh empirisme
seperti dikutip oleh Amsal Bakhtiar (2006:100) mengemukakan bahwa sumber pengetahuan
adalah pengamatan yang menghasilkan kesan-kesan (Impressions) dan
pengertian-pengertian atau ide-ide (ideas). Kesan-kesan adalah pengamatan langsung yang diterima dari
pengalaman, misalnya merasakan dinginnya es. Sedangkan ide adalah gambaran
tentang pengamatan yang samar-samar yang dihasilkan dengan merenungkan kembali
atau terefleksikan dalam kesan-kesan yang diterima dari pengalaman.
Ø Rasionalisme
Menurut
pandangan rasionalisme, akal adalah dasar kepastian pengetahuan, artinya
pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan menggunakan akal. Sebetulnya
pandangan rasionalisme bukan menolak empirisme, tetapi hanya meragukan
penggunaan indera sebagai satu-satunya untuk mendapatkan pengetahuan. Descartes
sebagai tokoh rasionalisme seperti dikutip oleh Amsal Bakhtiar (2006:104) mengemukakan bahwa akal diartikan
sejenis perantara suatu teknik deduktif yang dengan teknik tersebut akan
memperoleh kebenaran sehingga tersusunlah pengetahuan.
Dengan
berdasarkan dua pandangan inilah akhirnya muncul metode ilmiah atau
pengetahuan sains. Artinya panca indera mengumpulkan data-data dan akal
menyimpulkan berdasarkan prinsip-prinsip yang umum atau universal.
Intuisi
Henry Bergson seperti dikutip oleh
Amsal Bakhtiar (2006:107) mengemukakan bahwa intuisi adalah hasil dari evolusi
pemahaman tingkat tinggi. Menurutnya intuisi adalah suatu pengetahuan yang
langsung, yang mutlak dan bukan pengetahuan yang nisbi. Intuisi ini bersifat personal atau pribadi. Intuisi tidak
dapat diandalkan untuk penyusunan pengetahuan secara teratur. Intuisi hanya
dapat diperguanakan untuk menyusun hipotesis untuk melakukan analisis
berikutnya dalam menentukan benar atau tidaknya pernyataan yang dikemukakan. .
Wahyu
Wahyu adalah pengetahuan yang
disampaikan oleh Tuhan kepada manusia melalui perantaraan nabi. Pengetahuan
dari wahyu ini mutlak dipercaya, sehingga jarang untuk diuji kembali.
Kepercayaan dalam agama inilah merupakan titik tolak dan lewat pengkajian
selanjutnya dapat meningkatkan atau menurunkan kepercayaan itu. Sedangkan ilmu
pengetahuan dimulai dengan mengkaji melalui riset, pengalaman, dan percobaan
untuk sampai kepada kebenaran yang faktual.
B. Metode Ilmiah
Metode ilmiah
merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu
adalah pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan
ekspresi mengenai cara kerja pikiran. Dengan cara kerja inilah maka pengetahuan
yang dihasilkan diharapkan mempunyai karakteristik tertentu yang dinamakan
pengetahuan ilmiah, yaitu sifat rasional dan teruji sehingga pengetahuan
tersebut dapat diandalkan..
Berikut ini
adalah beberapa macam metode ilmiah yang
dikemukakan oleh Amsal Bakhtiar (2006:152) , yaitu sebagai berikut.
1.
Metode induktif yaitu suatu metode yang menyimpulkan pernyataan- pernyataan
hasil observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih dalam suatu
pernyataan yang lebih umum
2.
Metode deduktif yaitu suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data empirik
diolah lebih lanjut dalam suatu pernyataan yang runtut (Poper).
3.
Metode positivisme adalah metode yang berpangkal dari apa yang telah
diketahui., yang dfaktual, yang positif
4.
Metode kontemplatif mengatakan adanya kekerbatasan indera dan akal manusia
untuk memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkan pun akan
berbeda-beda .
5. Metode dialektis yaitu metode Tanya jawab/diskusi
Banyak metode
yang dapat digunakan untuk mencari kebenaran suatu ilmu. Metode ilmiah adalah
penting bukan saja dalam proses penemuan pengetahuan umum terlebih lagi dalam
mengkomunikasikan penemuan ilmiah tersebut kepada masyarakat ilmuan. Alur pikir
yang tercakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam beberapa langkah yang
mencerminkan tahap-tahap dalam kegiatan ilmiah. Kerangka berpikir ilmiah pada dasarnya terdiri dari
langkah langkah tertentu seperti berikut ini.
a. Perumusan masalah,.-
merupakanpertanyaan
mengenai obyek empiris yang jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan factor-faktor
yang terkait didalamnya.
b. Penyusunan kerangka berpikir
–
dalam pengajuan hipotesis.- merupakan
argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai
factor yang saling berkait dan membentuk permasalahan
c.
Perumusan
hipotesis –
yang merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap
pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka
berpikir yang dikembangkan.
d. Pengujian hipotesis –
merupakan
pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah
terdapat fakta – fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak
e. Penarikan kesimpulan –
merupakan
penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima.
Sekiranya dalam proses pengujian terdapat
fakta-fakta yang cukup yang mendukung hipotesis
maka hipotesis itu diterima. Sebaliknya, sekiranya dalam proses
pengujian tidak terdapat fakta yang
mendukung hipotesis maka hipotesis itu ditolak.
Jadi disini perumusan
masalah adalah pertama kali dilakukan. Dalam perumusan masalah ini perlu
disusun masalah sejelas mungkin, mulai dari variable-variabel penelitian sampai
dengan definisi variabel itu sendiri. Selanjutnya dengan proses deduksi maka dirumuskanlah
hipotesis. Hipotesis adalah dugaan sementara atau anggapan sementara yang belum
tentu kebenarannya dan masih harus dibuktikan dengan pengambilan data di
lapangan dan menganalisisnya. Setelah data diambil kemudian diolah dan
dianalisis, selanjutnya menguji hipotesis. Hipotesis yang ditolak akan
dikembalikan ke penyusunan kerangka berpikir. Sedangkan hipotesis yang diterima
akan dijadikan referensi atau menjadi ilmu
pengetahuan. Proses itulah yang disebut metode ilmiah atau metode penelitian
ilmiah yang sampai sekarang masih digunakan dan dikembangkan guna menguak
misteri alam jagat raya ini.
C. Struktur Pengetahuan Ilmiah
Pengetahuan yang diproses menurut
metode ilmiah merupakan pengetahuan yang memenuhi syarat-syarat keilmuan dan
dengan demikian dapat disebut pengetahuan
ilmiah atau ilmu. Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang mempunyai
sifat menjelaskan berbagai gejala alam sehingga akan memudahkan manusia memanfaatkan
gejala alam tersebut berdasarkan penjelasan-penjelasan yang ada. Dengan adanya penjelasan tersebut akhirnya kita dapat
meramalkan atau memprediksi kejadian-kejadian yang akan datang. Selain itu pula
dengan ilmu itu kita akan dapat melakukan tindakan pengawasan atau pengontrolan
terhadap apa yang kita lakukan berdasarkan ilmu tersebut.
Ilmu pada
dasarnya merupakan kumpulan pengetahuan yang bersifat menjelaskan berbagai
gejala alam yang memungkinkan manusia melakukan serangkaian tindakan untuk menguasai gejala tersebut
berdasarkan penjelasan yang ada. Sekiranya kita mengetahui bahwa banjir
disebabkan hutan yang ditebang sampai gundul, dari penjelasan ini akan memungkinkan
kita melakukan upaya untuk mencegah timbulnya banjir. Penjelasan keilmuan
memungkinkan kita meramalkan apa yang akan terjadi dan berdasarkan ramalan tersebut kita bisa melakukan upaya untuk mengontrol agar ramalan itu menjadi
kenyataan atau tidak
Jadi dapat kita
simpulkan bahwa pengetahuan ilmiah itu mempunyai beberapa fungsi yaitu: menjelaskan, meramalkan, mengontrol.
Dalam
menjelaskan itu terdapat empat jenis pola penjelasan yaitu sebagai
berikut.
·
Deduktif
·
Probabilistik
·
Fungsional atau teleologis
·
Genetik
Deduktif
merupakan penjelasan dengan menggunakan cara berpikir deduktif dengan menarik
kesimpulan secara logis dari premis-premis yang telah ditetapkan sebelumnya. Probabilistik
merupakan penjelasan yang ditarik secara induktif yang tidak memberikan
kepastian tetapi memberikan peluang adanya kemungkinan, berkemungkinan
besar, atau hampir dapat dipastikan, dan sebagainya. Sedangkan fungsional
atau teleologis yang meletakkan sebuah unsur dalam kaitannya dengan system
secara keseluruhan yang mempunyai karakteristik atau arah perkembangan
tertentu. Genetik merupakan penjelasan dengan mempergunakan faktor-faktor
tententu yang timbul sebelumnya untuk menjelaskan gejala yang muncul kemudian.
Pengetahuan ilmiah yang telah ditemukan dari pengujian
hipotesis yang diterima tersebut menghasilkan teori-teori. Teori merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup
penjelasan mengenai suatu faktor tertentu dari sejumlah disiplin keilmuan.
Misalnya dalam ekonomi kita mengenal teori ekonomi makro, dalam fisika kita
mengenal teori relativitas Einstein, dan sebagainya. Teori-teori dalam
pengetahuan ilmiah bukanlah teori secara keseluruhan suatu ilmu tertentu,
melainkan teori yang sebatas apa yang diketahui itu.
3. SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
a) Epistemologi adalah cabang ilmu yang berusaha membahas
bagaimana ilmu itu didapatkan
b) Pengetahuan
adalah segala sesuatu yang didapatkan melalui panca indera, dan pengetahuan
disebut pengetahuan ilmiah bila memenuhi tahapan tertentu dalam mendapatkannya.
c) Ada
beberapa jenis pengetahuan, yaitu; pengetahuan biasa, pengetahuan ilmu,
pengetahuan filsafat dan pengetahuan agama.
d) Pengetahuan
bisa didapatkan dari 4 sumber, yaitu secara empirisme, rasionalisme, intuisi
dan wahyu
e) Metode
ilmiah, diantaranya adalah deduktif, induktif, positivism, kompelatif dan
dialektis
f) Langkah-langkah
dalam berpikir secara ilmiah, adalah perumusan masalah, penyusunan kerangka
berpikir, perumusan hipotesis, pengujian hipotesis dan penarikan kesimpulan
g) Dalam
struktur pengetahuan ilmiah terdapat 3 fungsi, yaitu fungsi menjelaskan,
meramalkan dan mengontrol.
Saran
Sebagai saran
adalah sebagai orang terpelajar seperti mahasiswa, hendaknya bersikap ilmiah
dalam memahami sesuatu atau mengeneralisasi suatu masalah atau temuan dalam
kehidupan sehati-hari dan sudah
sepantasnya kita dalam merumuskan kebijakan atau keputusan secara empirik dan
rasional sehingga apa yang kita rumuskan betul- betul tepat sasaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu, Jakarta: PT. Raja Grafindo,2006
Noorsyam, Mohammad,
Filsafat Pendidikan,,
Surabaya: Usaha Nasional 1986.
Prasetya, Filsafat pendidikan, Jakarta:
Pustaka Setia, 2003.
Suriasumantri,
Jujun S, Filsafat Ilmu ; Sebuah pengantar Populer. Jakarta.
Pustaka Sinar Harapan. 2007